Minggu, 08 Januari 2012

Mata Pelajaran di Tambah?? Oh NO!

Pernah tau bagaimana kurikulum yang ada di luar negeri? Meskipun saya tidak tau secara lebih detail terkait hal itu (maklum tidak pernah sekolah di luar negeri, heeee) tapi saya pernah membaca dan mendengar dari cerita teman yang tinggal di luar negeri jika kurikulum yang ada disana sangat jauh berbeda dengan Indonesia (Hallo…ya jelas beda kali posisi geografisnya aja beda jauh, heee).

Perbedaan itu dapat dilihat dari jumlah mata pelajaran. Putra putri Indonesia patut membusungkan dada karena ruang otaknya luar biasa untuk menampung lebih dari sepuluh mata pelajaran yang ada. Penjurusan pada saat SMA pun hanya ada dikelas XI dan mata pelajaran setelah penjurusanpun masih lebih dari sepuluh mata pelajaran. Kondisi seperti itu dilalui seluruh putra putri Indonesia untuk bisa selalu meneruskan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Dibandingkan dengan kondisi mata pelajaran di sekolah-sekolah luar negeri, pihak sekolah tidak memaksakan siswa-siswinya untuk meramu semua bidang ilmu dan mata pelajaran yang ada, mereka diberikan hak untuk memilih bidang ilmu yang mereka sukai. Saya rasa sistem pendidikan seperti itu jauh lebih baik. Siswa yang senang sains atau olahraga bisa memfokuskan dirinya untuk bergulat dalam bidang ilmu tersebut tanpa harus dibarengi dengan belajar ilmu sosial atau hal-hal yang tidak terkait secara langsung dengan sains sehingga output yang dihasilkan jauh lebih optimal.

Fokus adalah hal yang sering tidak dimiliki banyak orang dalam usaha untuk mencapai tujuan sehingga hasil yang didapatkanpun tidak bisa optimal. Menanggapi isu untuk menambah mata pelajaran menanam pohon ke dalam kurikulum, saya rasa itu bukan hal yang efektif karena siswa-siswi akan semakin dipusingkan dan tidak fokus terhadap hal-hal yang disukainya karena beban untuk menuntaskan semua mata pelajaran yang disajikan. Menanamkan kepedulian siswa-siswi terhadap lingkungan tidak harus di masukkan ke dalam kurikulum sebagai bagian independen dengan satu nama baru mata pelajaran. Kepedulian itu bisa ditumbuhkan dengan menyisipkan pengetahuan dan dorongan dalam mata pelajaran yang sudah ada saja. Intinya intensifikasi mata pelajaran jauh lebih efektif daripada ekstensifikasi mata pelajaran (emang ada ya istilah seperti ini.. *Berpikir keras).

Saat ini dinas pendidikan memang tidak menyetujui usul tersebut, dan semoga saja tidak akan setuju dengan usulan dari seorang guru dari salah satu sekolah di Jakarta tersebut. Bayangkan saja kalau usulan tersebut di setujui, kasian sekali adik-adik di bawah saya yang akan mengalami beban yang lebih berat untuk mata pelajaran.


Elsyahniey

-Dikantor lagi sepi kerjaan-

Tidak ada komentar: