Senin, 16 Januari 2012

Rakyat Mengkhianati Rakyat

“Demokrasi” adalah sebuah kata yang diagung-agungkan dan dibanggakan banyak Negara. Demokrasi bermakna Pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Jika maknanya sesuai dengan penerapannya dilapangan, sudah terbayangkan akan sebuah Negara yang damai, maju dan sejahtera bukan. Tetapi bagaimana jika makna tidak berjalan berbarengan dengan pengaplikasian di lapangan?.

Melihat makna dari Demokrasi diatas berarti dalam sebuah Negara Demokrasi rakyat adalah penguasa bukan? Tetapi saya pun menjadi bingung, kenapa saat ini banyak pemberitaan yang menyatakan rakyat ditindas, berani sekali si penindas menindas penguasa. Aduh saya sendiri pusing dengan kalimat yang saya tulis ini.

Saya rasa makna demokrasi itu sudah sangat luar biasa namun yang menjadikan amat sangat biasa memang pengaplikasiannya. Tidak ada pemerintahanan jika tidak ada rakyat yang memilih dalam pemilu (dari), tidak ada pemerintahan jika tidak ada subjek yang memikul tanggung jawab (oleh) dan tidak ada tujuan atau untuk siapa pemerintahan itu diberikan (untuk). Setelah menganalisa itu saya rasa, makna demokrasi yang hilang saat ini adalah pilar terakhir yaitu untuk rakyat.

Bayangkan seja meja kaki tiga, kemudian kehilangan satu kaki meja, apa yang terjadi? Seperti itulah gambaran sederhana kondisi Negara kita saat ini. Tidak dapat disalahkan jika tingkat golongan putih dalam pemilu semakin meningkat jika mereka yang memilih (rakyat) memilih wakil untuk mewakili mereka (juga rakyat) merasa dikhianati, kira-kira kalimatnya menjadi seperti ini : Rakyat Mengkhianati Rakyat.

Tidak akan mungkin menyebutkan daftar pengkhianatan tersebut satu persatu, karena sudah tidak terhitung banyaknya. Tetapi hanya bisa berharap dan menunggu akan ada rakyat yang setia terhadap rakyatnya dan yang rela berkorban terhadap rakyatnya. Atau kalau tidak mau menunggu rakyat yang lain berusahalah menempa diri sendiri untuk menjadi rakyat yang tidak mengkhianati rakyat sendiri.

Tidak ada komentar: